weLcomE tO my bLog

Mei 01, 2010

uji urine

I. JUDUL : Uji Urine.

II. TUJUAN PERCOBAAN : Untuk mengetahui kandungan ammonia, pH klorida, glukosa, dan protein dalam urine.

III. LANDASAN TOERI :
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Stuktur nefron
Urin dibentuk oleh penggabungan 3 proses tersebut di atas. Unit anatomi yang melakukan fungsi ini adalah nefron. Tiap-tiap ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron.
Darah dihantarkan dari aorta melalui arteri renalis dan cabang-cabang arteria renalis ke arterioli afferen. Tepat distal dari stuktur ini adalah glomerulus, suatu jaringan kapiler yang menyerupai jumbai yang terdiri atas unit penyaringan. Kapiler ini bergabung untuk membentuk arteriole efferen, suatu pembuluh darah dengan dinding ototyang karenanya mampu mengubah diameter lumennya. Arteriole efferen segera membagi lagi menjadi kapiler kedua yang mengelilingi bagian lainnya dari nefron.
Jumbai glomerulus terletak dalam kapsula Bowman, suatu kantung epitel berdinding rangkap yang merupakan bagian dari sistem tubulus paling proksimal. Kapsula Bowman langsung berubah menjadi tubulus kontortus proksimalis dan dari sini menjadi komponen-komponen berikutnya: tubulus rektus proksimalis dan lengkung Henle sendiri, terdiri dari pars descendens, pars decendens yang tipis, dan pars decendens yang tebal. Yang terakhir terletak dalam medulla dan korteks ginjal. Pars ascendens yang tebal dari lengkung Henle berubah menjadi tubulus kontortus distalis, tubulus kolligens kortikal, dan tubulus kolligens medulla dan papila. Tiap-tiap bagian sistem tubular ini mempunyai fungsiyang spesifik.


Filtrasi
Langkah pertama pembentukan urin adalah filtrasi plasma darah. Volume darah yang besai, kira-kira 1 liter/menit (atau 25% dari seluruh curah jantung waktu istirahat), mengalir melalui ginjal. Jadi, dalam 4-5 menit volume darah yang sama besarnya dengan volume darah total nielewati sirkulasi ginjal. Ini dirnungkinkan oleh sistem sirkulasi yang sangat luas dalam organ ini. Dengan pernyataan yang sama, ginjal khususnya gampang rusak oleh penyakit vaskuler yang merata.
Pembentukan filtrat glomerulus adalah prose yang terutama diatur oleh jumlah aljabar dari selisih tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik trans kapiler. Kemungkinan terakhir telah memungkinkan pengukuran secara langsung kekuatan-kekuatan hidrostatikyang dipersoalkan. Di bawah pengaturan keadaan hidropenik, tekanan hidrostatik kapiler glomerulus rata-rata 45 mmHg atau kira-kira 40% dari tekanan aorta rata-rata. Tekanan hidrostatik tubulus rata-rata 10 mmHg jadi terdapat tekanan hidrostatik sebesar 35 mmHg yang tampaknya tidak berubah sepanjang seluruh kapiler. Tekanan onkotik dalam kapiler naik dari sekitar 20 mmHg pada permulaan menjadi 35 mml Ig pada ujung glomelurus. Jadi keuntungan tekanan filtrasi ~ 15 mmHg timbul pada permulaan kapiler dan berkurang sewaktu darah mengalir melalui glomelurus.
Pengaturan filtrasi dianggap mempunyai hubungan dengan aliran plasma karena ia mempengaruhi cara meningkatnya tekanan onkotik glomerulus. Selain itu, dipikirkan bahwa modifikasi luas permukaan untuk filtrasi dapat terjadi oleh bertambahnya atau berkurangnya jumlah kapileryang dilalui oleh aliran darah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi adalah obstruksi jalan arteri yang menuju ke glomerulus, kenaikan tekanan interstitial seperti yang dapat disebabkan oleh suatu proses peradangan, dan kenaikan resistensi untuk mengalir dalam sistem tubulus seperti oleh obstruksi tubulus kolligens, ureter, atau uretra. Membranglomerulus juga dapat dirusak oleh penyakit sehingga tidak dapat berfungsi sebagai saringan untuk darah. Akhirnya kapiler dapat tersumbat seluruhnya dan karena itu tidak terpakai dalam sirkulasi aktif. Selama berlangsungnya penyakit seperti ini, sel-sel darah dan proteinplasma akan merembes melalui kapiler yang rusak dan akan diekskresi ke dalam urine.

Laju filtrasi glomerulus
Pada orang dewasa normal, 1 liter darah difiltrasi tiap menit oleh kerja sama 2 juta n'efron kedua ginjal, dan 120 ml/menit filtrat glomerulus dibentuk pada kapsul bowman. Laju filtrasi glomerulus pada orang dewasa oleh karena itu adalah sekilar 120 ml/menit. Secara kimia, filtrat glomerulus pada hakekatnya adalah cairan ekstra selyang bebas protein atau filtrat seluruh darah yang bebas protein dan sel.

Kerja tubulus
Susunan urine sangat berbeda dari filtrat glomerulus. Juga terdapat perbedaan yang sangat besar antara volume cairan yang dibentuk pada glomerulus tiap menit dan jumlah yang sampai di papila dalam waktu yang sama. Glomeruli berperan hanya sebagai saringan; susunan filtrat glomerulus karena itu ditentukan semata-mata oleh permeabilitas membran kapiler terhadap zat-zat dari darah. Sebagai akibat, filtrat glomerulus mengandung banyak zat yang penting untuk metabolisme normal, seperti air, glukosa, asam amino, dan elektrolit, serta zat-zat yang hams diekskresi dan diulang seperti urea, kreatinin dan asam urat. Lagi pula, dalam berbagai keadaan, lebih banyak atau lebih sedikit jumlah zat-zat esensial ditahan sesuai dengan kebutuhan untuk mempertahankan ketetapan dalam likunganinternal. Fungsi ginjal yang sangat selektif ini adalah tugas tubulus. Dengan absorbsi kembali dan sekresi, tubulus mengubah filtrat glomerulus dan dengan demikian menghasilkan urine.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.

Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang ditawarkan , mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.


Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darahKristal kapur dsb)
Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.

Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.

a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.
c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.

IV. ALAT DAN BAHAN :
 Tabung Reaksi
 Rak Tabung Reaksi
 Kertas Indicator Universal
 Penjepit Tabung
 Larutab AgNO3
 Urine
 Larutan biuret
 Larutan benedict
 Pembakar spritus

V. CARA KERJA :
• Kegiatan 1 : Mengukur pH Urine
a. Masukkan kertas indicator universal kedalam urine. Amati perubahan warnanya
b. Cocokkan warnanya dengan standar pH, nerapakah pH nya
• Kegiatan 2 : Mengetahui bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urine
a. Masukkan 1 ml urine kedalam tabung reaksi
b. Jepitlah dengan penjepit tabung reaksi, panaskan dengan lampu spiritus
• Kegiatan 3 : Uji Glukosa
a. Masukkan 2 ml urine kedalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 tetes larutan benedict atau Fehling A+B lalu panaskan. Amati
• Kegiatan 4 : Uji Protein
a. Masukkan 2 ml urine kedalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 tetes lartutan biuret, biarkan kira-kira 5 menit. Amati


VI. HASIL PENGAMATAN :
TABEL HASIL PENGAMATAN
No Kegiatan Hasil Keterangan
1 Mengukur pH Urine - Indah : pH = 5
- Ika A.S : pH = 6
- Meiliana ; pH = 5 - Asam
- Asam
- Asam
2 Mengetahui Bau Ammonia Berbau Pesing Mengandung Ammonia
3 Uji Glukosa - Sebelum dipanaskan berwarna Biru.
- Setelah dipanaskan berwarna Merah Bata Mengandung Glukosa
4 Uji Protein Berwarna biru Tidak mengandung protein

VII. PEMBAHASAN :

Urine atau air seni dihasilkan daalam proses penyaringan darah dan ginjal. Kandungan urine bergantung keadaan kesehatan daan makanan sehari-hari yang dikonsumsi oleh masing-masing individu. Individu normal meempunyai pH antara 5 sampai 7. Banyak faktor yang memperngaruhi pH urine seseorang adalah makanan sehari-hari, tempoh selepas pengutipan sampei, infeksi saluran urinary dan ketidak seimbangan hormonal. Warna urine dalah kuning keemasan yang dianggap berasal dari emas. Ciri-ciri warna air seni yang tidak sehat yaitu:

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis, yaitu suatu metode analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urin.
Pada proses urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan, mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa.
Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri.
Dalam praktikum dilakukan berbagai macam uji terhadap urine.

Pada percobaan yang pertama, dilakukan uji pH terhadap urine. Uji pH bisa dilakukan dengan menggunakan kertas pH, kertas indicator universal atau dengan fenolftalein. Namun dalam praktikum digunakan kertas pH. Pada uji terhadap sample urine normal, skala kertas pH menunjukkan pH 6. Hal ini menunjukkan bahwa urine probandus adalah normal, sesuai dengan teori bahwa urine normal memiliki derajat keasaman 5 – 7.

Pada percobaan kedua mengetahui bau ammonia. Urine dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian dipanaskan menggunakan pembakar Spiritus sampai mendidih. Setelah itu urine dicium untuk mengetahui bau yang dikeluarkan, dan ternyata menghasilkan Bau Pesing. Hal ini berarti urine itu mengandung ammonia.


Pada Percobaan ketiga adalah uji gula (glukosa) dalam urine. Uji saringan gluksa dalam urine aadalah petanda sseorang individu itu mempunyai penyakit, misalnya diabetes melitus. Adanya glukosa dalam urine individu yang normal biasanya pada individu yang mempunyai ambang glukosa rendah (glukosurid). Uji glukosa dilakukan dengan menambahkan 3 ml reagent benedict pada dua tabung reaksi dan menambahkan 10 tetes pada setiap sampel urine pada tabung reaksi, kemudian meletakkan pada penangas air mendidih. Pada urine orang normal, setelah pencampuran dengan reagen benedict dan dilakukan pemanasan, urine berwarna hijau bening dan tidak ada endapan. Tetapi pada urine wanita hamil berwarna coklat dan terdapat endapan. Pereaksi Benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan terbentuknya kuprooksida berwarna merah atau coklat. Uji glukosa ini sering tidak valid jika reagen yang digunakan telah kedaluawarsa atau terbuka terlalu lama di udara dan bercampur dengan air.

Pada Percobaan keempat dari analisis urine adalah uji albumin dalam urine. Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekulnya cukup besar. Urine yang mengandung Albumin menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna. Indikator adanya Albumin dalam urine ditandai dengan terdapatnya cincin putih diantara Asam nitrit pekat dan Urine. Albumin merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urine berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses metabolisme tubuh. Uji ini dilakukan dengan memanaskan terlebih dahulu sampel urine yang akan digunakan. Sebelum dipanaskan urine berwarna kuning bening dan setelah dipanaskan, warna urine tetap putih bening meskipun telah ditambahkan asam asetat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam urine keduanya, baik pada orang normal maupun orang hamil tidak mengandung albumin. Ini berarti kinerja ginjal kedua orang tersebut masih berfungsi dengan baik dan bisa menfiltrat protein yang masuk ke dalam ginjal.


VIII. PERTANYAAN :
1. Berapakah pH dari sampel urine yang diuji? Apa Artinya!
Jawab : Indah Pratiwi pH = 5, berarti bersifat Asam
Ika A.S Ningrum pH = 6, berarti bersifat Asam
Meiliana pH = 5, berarti bersifat Asam
2. Bagaimanakah baunya? Apa artinya !
Jawab : Baunya berbau Pesing, artinya urine tersebut mengandung ammonia.
3. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, apakah sampel urine yang diuji tersebut normal? Jelaskan!
Jawab : berdasarkan hasil uji yang dilakukan diatas bahwa sampel urine yang diuji Normal, karena mengandung Glukosa dan tidak mengandung Protein.

IX. KESIMPULAN :
Dari percobaan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa Urin yang kita keluarkan terdiri dari berbagai unsur seperti : air, protein, amoniak, glukosa, sedimen, bakteri, epitel dsb. Unsur-unsur tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda dan juga pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi. Kandungan urin inilah yang menentukan tampilan fisik air urin seperti kekentalannya, warna, kejernihan, bau, busa, dsb.
Dari data percobaan urin, pH ketiga sampel berkisar antara 5-6, ini menandakan orang ini masih dikatakan normal karena pH urin pada umumnya adalah 5-7. Adapun bau pesing yang di timbulkan dari urin, itu menandakan bahwa urin mengandung ammonia, juga adanya kandungan glukosa dan tidak mengandung protei ini menandakan ginjal bekerja dengan baik.
Urine yang kami amati tidak keruh, ini berarti kadar unsur – unsur yang terlarut didalam urine tidak tinggi karena urin yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor makanan, karena adanya infeksi yang mengeluarkan bakteri atau karena konsumsi air yang kurang. Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah menguap. Diantara bau yang berlainan dari normal seperti: bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, asperse dll. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol dsb,

0 komentar: